RSS Feed

Sabtu, 24 Oktober 2009

Al Qur'an ditinjau dari Ilmu Pengetahuan

Al Qur’an adalah kitab suci penyempurna kitab-kitab sebelumnya. Jika Nabi Isa as mukjizatnya adalah lahir tanpa ayah, Nabi Musa as mukjizatnya adalah mengalahkan ahli sihir Fir’aun dengan tongkatnya,maka Al Qur’an adalah mukjizat terbesar yang diterima oleh Nabi Muhammad saw dari Allah swt. Selain itu, Al Qur’an juga memiliki 4 aspek yaitu:

1. Al Bayan (Penjelasan)

Tak ada penjelasan di dunia ini yang pemaparannya begitu terperinci kecuali selalu dipertanyakan oleh orang-orang yang kurang jelas. Tapi penjelasan Al Qur’an sangat sempurna dan detail. Tak ada satu masalahpun dalam kehidupan ini yang tak dijelaskan dalam Al Qur’an, sebab Al Qur’an adalah penyempurna kitab-kitab sebelumnya.

2. Syari’ah

Peraturan dalamAl Qur’an itu berlaku sepanjang zaman. Tidak ada yang ketinggalan zaman dalam Al Qur’an.

3. Da’wah

Al Qur’an merupakan kitab da’wah. Banyak orang-orang yang masuk Islam dengan sentuhan Al Qur’an contohnya Umar bin Khattab.

4. Tarbiyah

Al Qur’an berhasil mencetak generasi umat terbaik sepanjang zaman antara lain Utsman bin Affan dan para sahabat lainnya.

Kita patut bangga karena kita terpilih menjadi generasi Al Qur’an. Dan sepatutnyalah tingkah laku dan perbuatan kita sesuai dengan Al Qur’an.

Terkait dengan ilmu pengetahuan, di dalam Al Qur’an pun juga mencakup segala macam tentang ilmu pengetahuan. Di bawah ini ada beberapa penggalan ayat Al Qur’an yang terkait masalah ilmu pengetahuan:

1. QS. Ar-Ra’d: 3

“Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”

Hubungan gunung-gunung dan sungai-sungai dalam Al Qur’an. Gunung bukan hanya hiasan Allah, tapi dia dapat membendung angin yang akan menjadi awan, yang di dalamnya terdapat gumpalan-gumpalan air yang akan turun dan membentuk aliran-aliran sungai. Dari aliran-aliran sungai itu, dapat menyuburkan tanaman dan buah-buahan. Dan Allah tutup siang itu dengan malam. Tahukah kalian sahabat? Buah-buahan itu sama dengan manusia. Dengan adanya malam, maka buah-buahan itu bisa tumbuh dan berkembang karena dia juga membutuhkan istirahat seperti manusia.

2. QS. An Nahl: 68-69

“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah,’Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhan-Mu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memikirkan.”

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada lebah untuk membuat sarang-sarangnya di bukit, pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia (madu buatan manusia). Memang, kualitas madu itu terbagi menjadi tiga. Yang pertama adalah madu yang dihasilkan dari gunung-gunung, kemudian madu yang dihasilkan dari pohon-pohon, dan yang ketiga adalah madu buatan manusia. Dari madu pun terdapat banyak manfaatnya kalau kita pergunakan yaitu obat yang menyembuhkan bagi manusia.

3. QS. ArRahman: 19-20

“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak di lampaui oleh masing-masing.”

Maksud ayat diatas adalah air sungai tidak akan menjadi asin dan air laut tidak akan menjadi tawar karena diantaranya ada barzah (pemisah). Itulah kekuasaan Allah swt.

4. QS. An Nur: 43

“Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.”

Kalau kita perhatikan dari atas bumi menghadap keatas melihat awan, kita akan melihat awan itu hanya satu lapis. Tapi kalau dari pesawat, kita akan melihat awan itu bertumpuk-tumpuk.

5. QS. Al An’am: 165

“Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Orang yang diberi hidayah Allah maka dadanya dibuat lapang. Tapi orang yang diberi kesempitan oleh Allah maka dadanya dibuat sesak.

Oke, sekian dulu pembahasan kita kali ini. Sampai bertemu di lain kesempatan. Semoga bermanfaat… :-)

Salam Pelangi…:-)

Minggu, 18 Oktober 2009

Pentingnya Niat dalam Kehidupan Sehari Hari

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”.

Niat dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Terlebih jika kita ingin melakukan segala hal. Niat itu selalu ditempatkan di awal kegiatan yang ingin kita lakukan. Posisi niat dalam kehidupan kita adalah sepertiga dari amal dan keimanan kita. Iman itu terbagi tiga:

1. Di yakini oleh hati
2. Di benarkan oleh lisan
3. Di aplikasikan oleh perbuatan

Maka dari itu, betapa pentingnya niat dalam kehidupan sehari-hari kita, sebab niat adalah simpul dari Islam. Ketika niat kita baik saat ingin melakukan sesuatu, maka hasil yang dicapai pun akan baik pula. Akan tetapi sebaliknya, jika niat yang kita punya adalah niat buruk, maka output yang akan dihasilkan pun akan buruk pula.

Niat harus dijaga dari awal aktivitas, prosesnya, dan di akhirnya. Niat bisa juga berubah ditengah jalan. Misal, ada seseorang sebut saja A, yang berniat membantu sahabatnya secara diam-diam tanpa diketahui oleh siapapun. Hal itu sudah berlangsung selama bertahun-tahun dan ia masih merahasiakan hal itu (niat membantu secara diam-diam) dari siapapun. Nah, suatu hari, sahabat yang pernah ia bantu itu, menyakiti hatinya. Tanpa pikir panjang, si A kembali mengungkit-ungkit hal yang sudah dirahasiakan selama bertahun-tahun. “Kalau dulu gak ada saya, kamu gak akan bisa seperti sekarang ini.” Nah, kata-kata seperti itu bisa jadi telah menggugurkan semua niat dan amalan yang telah ia buat dari awal.

Atau contoh lainnya, ketika kita ingin pergi bersilaturahim kerumah saudara kita karena memang tujuannya mengharapkan ridho Allah dan kebaikan dari silaturrahim itu. Namun tiba-tiba adik kita berkata, “Kak, kan kalau kerumah saudara A, makanannya banyak dan biasanya akan dapat uang loh!”. Nah, dari niat awalnya bersilaturahim karena mengharap ridho Allah, bisa saja niat itu berubah ditengah jalan, “Karena makanannya banyak dan akan mendapat uang”. Nah loh !! :-)

Ada tiga kemungkinan terkait niat:

1. Niat tapi karena takut
“Kalau tidak seperti ini maka akan seperti ini”. Contohnya, ada seorang anak yang disuruh oleh orang tuanya untuk shalat. Dengan dalih, kalau tidak shalat maka akan masuk neraka. Nah, si anak itu mungkin akan niat shalat TAPI karena ia takut masuk neraka. Bisa dipahami..?? Ibadah seperti ini layaknya ibadah seorang budak.

2. Niat tapi memperhitungkan pahala
“Jika saya membantu maka saya akan mendapatkan pahala”. Contohnya, seorang anak disuruh oleh orang tuanya pergi ke warung untuk membelikan sesuatu, dengan imbalan orang tuanya akan memberikan hadiah atau apalah untuk si anak jika ia mau menuruti perintah orang tuanya. Anak itu pasti akan berniat membantu orang tuanya TAPI karena ia akan diberi imbalan oleh orang tuanya. Dapat dimengerti..?? Ibadah seperti ini umpamanya ibadah seorang pedagang.

3. Orang yang melakukan amalan karena menyadari kewajibannya dan bersyukur
Saya yakin kalau yang ketiga ini, sahabat sudah pada mengerti apa maksudnya. Bahwa ketika ingin melakukan sesuatu itu ya harus diniatkan karena Allah. Karena memang sudah kewajiban kita, dan sudah sepatutnya kita mensyukuri hal itu.

Point-point tentang Niat

1) Makna niat
Adalah segala sesuatu yang ditujukan hanya kepada Allah. Yaitu yang di yakini dengan hati, dibenarkan oleh ucapan, dan direalisasikan dengan tindakannya. Langsung ke contoh aja ya..?? :-) Begini, sahabat tentu masih ingat dengan kisah pitung kan?? Nah, dalam kisahnya, abang kita si pitung itu kan merampas harta para orang kaya untuk suatu hal yang baik ya. Yaitu untuk membantu rakyat yang tidak mampu dan merentas kemiskinan. Mungkin niat yang di yakini dengan hati dan dibenarkan dengan ucapannya sudah betul, namun cara yang ia lakukan itu salah. Karena apa yang di ucapkan itu tidak sinkron dengan perbuatannya. Sehingga apa yang ia lakukan itu tidak ada nilai ibadahnya dimata Allah. Semua yang dilakukannya adalah hampa semata. Sebab amal itu 3 serangkai (Hati, ucapan, dan perbuatannya harus benar). Jika salah satu tidak dilakukan atau keliru, maka amalnya gugur. Jadi 3 hal yang disebutkan diatas sudah satu paket yang dinamakan niat. :-)

2) Tujuan niat
· Niat akan membedakan amal yang satu dengan amal lainnya. (kayak primary key dalam pelajaran basis data :-)) Misal, seseorang yang akan mengerjakan puasa sunah senin kamis, maka hal itu harus jelas. Puasa apa yang akan ia jalani. Apakah puasa qada’ atau hanya sebatas puasa sunah biasa? Perlu diingat, bahwa tidak ada dua niat dalam satu pekerjaan. Misal lagi nih ya? :-) Di bulan syawal orang mau melakukan puasa qada’ tapi niatnya dua, puasa qada’ dan puasa syawal. Itu tidak bisa. Logikanya begini, kalau kita mau ke blok m, pasti banyak cara menuju roma, eh menuju blok m. Tapi tetap satu jalan kan yang kita tempuh untuk bisa sampai ke blok m?? Pasti ngerti apa yang saya maksud. :-)

· Niat membedakan maksud dari amal.
Maksudnya lebih spesifik dari penjelasan diatas. Mudahnya, kalau kita mau shalat pasti diawali dengan niat kan? Nah pelafadzan niat dalam shalat itu yang dimaksudkan “membedakan maksud” disini. Sebenarnya tanpa dilafadzkan pun Allah sudah tahu bahwa kita akan shalat. Bahkan ketika kita tengah berwudhu pun, tanpa kita sadari niat untuk shalat itu sudah ada. Dan pelafadzan niat itu hanya sebagai bentuk ‘penegasan’ dari niat yang sudah kita yakini dalam hati. :-)

3) Syarat diterimanya amal
. Dorongan murni karena Allah
· Mengikuti syariah

4) Yang merusak amal
· Riya
Riya terbagi dua: Riya murni dan Riya campuran (hehehe…ini hanya bahasa saya aja). Contoh riya murni adalah jika seorang anak yang shalatnya sangat khusyuk dikarenakan ada gurunya disampingnya. Jika contoh riya campuran adalah ya tadi ketika kita ingin pergi bersilaturahim kerumah saudara kita karena memang tujuannya mengharapkan ridho Allah dan kebaikan dari silaturrahim itu. Namun tiba-tiba adik kita berkata, “Kak, kan kalau kerumah saudara A, makanannya banyak dan biasanya akan dapat uang loh!”. Nah, dari niat awalnya bersilaturahim karena mengharap ridho Allah, bisa saja niat itu berubah ditengah jalan, “Karena makanannya banyak dan akan mendapat uang”. Tuing…tuing…tuing… :-)

Oia, saya juga ingin menambahkan. Yang dinamakan riya bukan saja ingin di puji oleh orang lain disaat melakukan sebuah kebaikan dan bukan karena Allah, melainkan tidak melakukan sesuatu KARENA manusia pun itu juga dinamakan riya. Mudahnya begini, jika ada seseorang yang ingin melakukan suatu amal, misal bersedekah. Karena dia khawatir sedekahnya itu akan dikatakan riya oleh orang lain, maka ia mengurungkan niatnya untuk beramal. Nah, hal yang seperti itu juga dinamakan riya. Paham kan..?? :-)

· Bid’ah
Tidak ada dalilnya dan Rasulullah tidak mencontohkan. Tentunya hal ini yang terkait ibadah ya? Bukan hal yang berkaitan dengan hal muamalah. Jangan dianggap jika di masa Rasulullah tidak ada mobil, maka pada saat ini mobil itu adalah bid’ah. Bukan seperti itu makusdnya. Tentu sahabat juga sudah mengerti ya? Saya anggap sudah. :-)

Ya, mungkin sekian dulu pembahasan kita tentang niat kali ini. Insya Allah dikesempatan yang lain akan kita bahasa materi yang lain pula. Ok, syukron atas waktunya. Semoga bermanfaat. Amin…..

Salam Pelangi :-)