RSS Feed

Minggu, 18 Oktober 2009

Pentingnya Niat dalam Kehidupan Sehari Hari

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”.

Niat dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Terlebih jika kita ingin melakukan segala hal. Niat itu selalu ditempatkan di awal kegiatan yang ingin kita lakukan. Posisi niat dalam kehidupan kita adalah sepertiga dari amal dan keimanan kita. Iman itu terbagi tiga:

1. Di yakini oleh hati
2. Di benarkan oleh lisan
3. Di aplikasikan oleh perbuatan

Maka dari itu, betapa pentingnya niat dalam kehidupan sehari-hari kita, sebab niat adalah simpul dari Islam. Ketika niat kita baik saat ingin melakukan sesuatu, maka hasil yang dicapai pun akan baik pula. Akan tetapi sebaliknya, jika niat yang kita punya adalah niat buruk, maka output yang akan dihasilkan pun akan buruk pula.

Niat harus dijaga dari awal aktivitas, prosesnya, dan di akhirnya. Niat bisa juga berubah ditengah jalan. Misal, ada seseorang sebut saja A, yang berniat membantu sahabatnya secara diam-diam tanpa diketahui oleh siapapun. Hal itu sudah berlangsung selama bertahun-tahun dan ia masih merahasiakan hal itu (niat membantu secara diam-diam) dari siapapun. Nah, suatu hari, sahabat yang pernah ia bantu itu, menyakiti hatinya. Tanpa pikir panjang, si A kembali mengungkit-ungkit hal yang sudah dirahasiakan selama bertahun-tahun. “Kalau dulu gak ada saya, kamu gak akan bisa seperti sekarang ini.” Nah, kata-kata seperti itu bisa jadi telah menggugurkan semua niat dan amalan yang telah ia buat dari awal.

Atau contoh lainnya, ketika kita ingin pergi bersilaturahim kerumah saudara kita karena memang tujuannya mengharapkan ridho Allah dan kebaikan dari silaturrahim itu. Namun tiba-tiba adik kita berkata, “Kak, kan kalau kerumah saudara A, makanannya banyak dan biasanya akan dapat uang loh!”. Nah, dari niat awalnya bersilaturahim karena mengharap ridho Allah, bisa saja niat itu berubah ditengah jalan, “Karena makanannya banyak dan akan mendapat uang”. Nah loh !! :-)

Ada tiga kemungkinan terkait niat:

1. Niat tapi karena takut
“Kalau tidak seperti ini maka akan seperti ini”. Contohnya, ada seorang anak yang disuruh oleh orang tuanya untuk shalat. Dengan dalih, kalau tidak shalat maka akan masuk neraka. Nah, si anak itu mungkin akan niat shalat TAPI karena ia takut masuk neraka. Bisa dipahami..?? Ibadah seperti ini layaknya ibadah seorang budak.

2. Niat tapi memperhitungkan pahala
“Jika saya membantu maka saya akan mendapatkan pahala”. Contohnya, seorang anak disuruh oleh orang tuanya pergi ke warung untuk membelikan sesuatu, dengan imbalan orang tuanya akan memberikan hadiah atau apalah untuk si anak jika ia mau menuruti perintah orang tuanya. Anak itu pasti akan berniat membantu orang tuanya TAPI karena ia akan diberi imbalan oleh orang tuanya. Dapat dimengerti..?? Ibadah seperti ini umpamanya ibadah seorang pedagang.

3. Orang yang melakukan amalan karena menyadari kewajibannya dan bersyukur
Saya yakin kalau yang ketiga ini, sahabat sudah pada mengerti apa maksudnya. Bahwa ketika ingin melakukan sesuatu itu ya harus diniatkan karena Allah. Karena memang sudah kewajiban kita, dan sudah sepatutnya kita mensyukuri hal itu.

Point-point tentang Niat

1) Makna niat
Adalah segala sesuatu yang ditujukan hanya kepada Allah. Yaitu yang di yakini dengan hati, dibenarkan oleh ucapan, dan direalisasikan dengan tindakannya. Langsung ke contoh aja ya..?? :-) Begini, sahabat tentu masih ingat dengan kisah pitung kan?? Nah, dalam kisahnya, abang kita si pitung itu kan merampas harta para orang kaya untuk suatu hal yang baik ya. Yaitu untuk membantu rakyat yang tidak mampu dan merentas kemiskinan. Mungkin niat yang di yakini dengan hati dan dibenarkan dengan ucapannya sudah betul, namun cara yang ia lakukan itu salah. Karena apa yang di ucapkan itu tidak sinkron dengan perbuatannya. Sehingga apa yang ia lakukan itu tidak ada nilai ibadahnya dimata Allah. Semua yang dilakukannya adalah hampa semata. Sebab amal itu 3 serangkai (Hati, ucapan, dan perbuatannya harus benar). Jika salah satu tidak dilakukan atau keliru, maka amalnya gugur. Jadi 3 hal yang disebutkan diatas sudah satu paket yang dinamakan niat. :-)

2) Tujuan niat
· Niat akan membedakan amal yang satu dengan amal lainnya. (kayak primary key dalam pelajaran basis data :-)) Misal, seseorang yang akan mengerjakan puasa sunah senin kamis, maka hal itu harus jelas. Puasa apa yang akan ia jalani. Apakah puasa qada’ atau hanya sebatas puasa sunah biasa? Perlu diingat, bahwa tidak ada dua niat dalam satu pekerjaan. Misal lagi nih ya? :-) Di bulan syawal orang mau melakukan puasa qada’ tapi niatnya dua, puasa qada’ dan puasa syawal. Itu tidak bisa. Logikanya begini, kalau kita mau ke blok m, pasti banyak cara menuju roma, eh menuju blok m. Tapi tetap satu jalan kan yang kita tempuh untuk bisa sampai ke blok m?? Pasti ngerti apa yang saya maksud. :-)

· Niat membedakan maksud dari amal.
Maksudnya lebih spesifik dari penjelasan diatas. Mudahnya, kalau kita mau shalat pasti diawali dengan niat kan? Nah pelafadzan niat dalam shalat itu yang dimaksudkan “membedakan maksud” disini. Sebenarnya tanpa dilafadzkan pun Allah sudah tahu bahwa kita akan shalat. Bahkan ketika kita tengah berwudhu pun, tanpa kita sadari niat untuk shalat itu sudah ada. Dan pelafadzan niat itu hanya sebagai bentuk ‘penegasan’ dari niat yang sudah kita yakini dalam hati. :-)

3) Syarat diterimanya amal
. Dorongan murni karena Allah
· Mengikuti syariah

4) Yang merusak amal
· Riya
Riya terbagi dua: Riya murni dan Riya campuran (hehehe…ini hanya bahasa saya aja). Contoh riya murni adalah jika seorang anak yang shalatnya sangat khusyuk dikarenakan ada gurunya disampingnya. Jika contoh riya campuran adalah ya tadi ketika kita ingin pergi bersilaturahim kerumah saudara kita karena memang tujuannya mengharapkan ridho Allah dan kebaikan dari silaturrahim itu. Namun tiba-tiba adik kita berkata, “Kak, kan kalau kerumah saudara A, makanannya banyak dan biasanya akan dapat uang loh!”. Nah, dari niat awalnya bersilaturahim karena mengharap ridho Allah, bisa saja niat itu berubah ditengah jalan, “Karena makanannya banyak dan akan mendapat uang”. Tuing…tuing…tuing… :-)

Oia, saya juga ingin menambahkan. Yang dinamakan riya bukan saja ingin di puji oleh orang lain disaat melakukan sebuah kebaikan dan bukan karena Allah, melainkan tidak melakukan sesuatu KARENA manusia pun itu juga dinamakan riya. Mudahnya begini, jika ada seseorang yang ingin melakukan suatu amal, misal bersedekah. Karena dia khawatir sedekahnya itu akan dikatakan riya oleh orang lain, maka ia mengurungkan niatnya untuk beramal. Nah, hal yang seperti itu juga dinamakan riya. Paham kan..?? :-)

· Bid’ah
Tidak ada dalilnya dan Rasulullah tidak mencontohkan. Tentunya hal ini yang terkait ibadah ya? Bukan hal yang berkaitan dengan hal muamalah. Jangan dianggap jika di masa Rasulullah tidak ada mobil, maka pada saat ini mobil itu adalah bid’ah. Bukan seperti itu makusdnya. Tentu sahabat juga sudah mengerti ya? Saya anggap sudah. :-)

Ya, mungkin sekian dulu pembahasan kita tentang niat kali ini. Insya Allah dikesempatan yang lain akan kita bahasa materi yang lain pula. Ok, syukron atas waktunya. Semoga bermanfaat. Amin…..

Salam Pelangi :-)

1 komentar:

  1. Terimakasih artikel ini simpel dapat membantu saya lebih mengerti tentang niat

    BalasHapus